Saudaraku, jangan pernah membenci perbedaan. Bagaimana bisa kau terlahir tanpa perkawinan lelaki dan perempuan. Bagaimana bisa mengagumi rembulan malam tanpa menerima mentari siang. Bagaimana bisa mengenali putih tanpa keberadaan hitam. Bagaimana bisa menyadari kedirianmu tanpa kehadiran yg beda di sekitarmu.
Jgn takut pd perbedaan. Bukankah keindahan tamansari krn keragaman puspa. Bukankah keelokan pelangi krn aneka warna. Bukankah kemerduan musik krn paduan ragam nada. Bukankah kemajuan peradabaan krn kawin silang antarbudaya.
Meskipun perbedaan yg membuatmu ada, horison pengembangan jatidirimu jgn pernah berhenti di stasiun perbedaan. Perbedaan bukanlah titik ujung, melainkan koma persinggahan. Perbedaan memang membuatmu ada, tapi persatuanlah yg membuatmu kuat.
Kelentingan daya sintas hidupmu ditentukan kesanggupan menyadari dan merajut persamaan dgn yg lain. Di balik aneka warna kulit, kau temukan persamaan darah-merah, tulang-putih. Di balik aneka warna pelangi, dasar warnanya sama putih. Di balik aneka ras manusia, semua bermula dari induk yg sama. Di balik ragam agama, semua sama-sama mengajak berserah diri pada Tuhan (Yang Mahakasih).
Nama Tuhan bisa kau sebut Allah, El, Elahim, Jehovah, Ahura Mazda, Isvara, Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Adi Buddha dan sebutan yg lain, tapi esensi Tuhan sendiri sama. Setiap pemeluk melihat Mentari dari tempat yg berbeda, tapi Sang Mahacahaya sendiri adalah sumber sinar yg sama nan abadi, yg menyinari segala tanpa kecuali.
Kematangan hidup memijarkan kesanggupan menghargai perbedaan seraya merajut persamaan. Kearifan Nusantara memuliakannya dlm sesanti "Bhinneka Tunggal Ika". Bahwa beda itu (bhinna ika), satu itu (tunggal ika). Sejauh berjalan di atas jalan kebenaran, akan slalu ada titik-temu. Karena tak ada kebenaran yg mendua (tan hana dharma mangrwa).
Itulah jalan "percaya" (dari kata "cahaya"). Gelap memang bisa menyembunyikan pepohonan dan bebungaan dari penglihatan, namun mana bisa menyembunyikan cahaya cinta dari jiwa. Dgn mahadaya cinta jiwa sakinah, segala warna menyatu, rasa bersambung, rezeki berbagi; perbedaan dihargai, persamaan diperkuat.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
https://www.instagram.com/p/CQ19VOvFvRp/?utm_medium=share_sheet
Comments