top of page

Gerakan Ngecat Langit

Sudah kuramalkan bahwa tulisanku:Indonesia Darurat Matematika! http://kom.ps/AFyfcp, hanya dianggap "gimmick" atau "lalar gawe" atau apa saja sebutlah dan tidak dianggap itu penting dan darurat. Saya ngeri saya dkk seperti manusia penyebar hoax saja dan dianggap punya kepentingan selain memperbaiki kondisi darurat itu, menjelekan pemerintah, misalnya. Ketidak percayaan dan menyepelekan alias complacency ini umumnya datang dari kawan kawan yg pinter2. Tadi pagi, tulisanku dan hasil ulangan pak Urip Rukim, diketawain dan diragukan metodologi penelitian dan dikatai "jika LSM yg menulis biasanya ada kepentingan", akhirnya agar cepat faham, sambil guyon kujawab. WB, Smeru, TIMSS dan PISA menulis saling dukung, ketika kukonfirmasi ke petinggi dikbud juga confirmed, lantas kutulis...". Kuteruskan dengan "yg menulis bukan LSM tetapi Anggota MWA UI". Sohibku kawan sekolah yg skrg jadi petinggi di perush Oil and Gas Asing itu tak lagi menjawab, tetapi belum support, mungkin masih tidak percaya "mosok se..." dan belum mengakhiri seperti yg lain dengan ucapan lemes "So, what shall we do ?..." Aku sangat sadar bahwa meyakinkan kedaruratan inilah bagian terberat episode awal gerakan. Tetapi jika kita dan apalagi jika guru (meski akan "menepuk air di dulang.....") dan para profesional yg mengalami sendiri ikut berteriak, maka pelan tapi pasti, jadilah kedaruratan ini menjadi kesadaran kolektif publik, oleh sebab itu diperlukan dukungan wartawan yang sadar seperti bang Latief Muhammad dan yg lebih senior seperti cak Heru. Ahirnya saya pinjam lagi ucapan mas Ahmad Muchlis "Taruhannya Negara.... ". So, lets speak out together !!

Gerakan Ngecat Langit

Sudah kuramalkan bahwa tulisanku:Indonesia Darurat Matematika! http://kom.ps/AFyfcp, hanya dianggap "gimmick" atau "lalar gawe"

bottom of page